Memberikan informasi, berita maupun pengetahuan dan wawasan untuk Anda

Friday, June 17, 2016

ISIS! Siapa Sebenarnya Mereka????

Di mana saja mereka?

ISIS yang menganggap diri mereka "Khilafah Islam" dan mengontrol beberapa wilayah di Irak barat dan Suriah timur. Mereka juga memiliki "kesetiaan" dari beberapa kelompok Islam radikal dari seluruh dunia mulai dari Afghanistan sampai Nigeria yang "mengatur" wilayah yang mereka kuasai setelah memproklamirkan diri.



Dalam wilayah yang mereka kontrol, mereka telah membentuk pemerintahan teror lainyanya. Mereka telah melegalkan perbudakan dan pemerkosaan, khususnya kepada mereka penganut agama Yazidi yang mereka anggap sebagai penyembah setan, mereka juga telah melakukan genosida dan pembersihan etnis Syiah, Kristen,  Alawi, dan lainnya, dan Yazidi di wilayah-wilayah yang mereka kuasai.

Mereka juga telah menyerang daerah-daerah lain di luar wilayah mereka secara serius. Serangan bunuh diri di Baghdad, Beirut, dan Ankara telah menewaskan ratusan orang. Pada Oktober 2015, mereka meledakkan bom di dalam pesawat Rusia yang berangkat dari bandara Sharm el-Sheikh di Kairo, Mesir, menewaskan semua penumpang di dalamnya yang berjumlah 224 orang. Pada November, mereka juga mengatur beberapa serangan bunuh diri di Paris, menewaskan setidaknya 129 orang. Gerakan mereka telah mengilhami serangan-serangan teror serupa di seluruh dunia yang dilakukan oleh simpatisan mereka seperti di Sydney dan Ottawa.

Sedikit tentang nama-nama mereka



Anda mungkin pernah mendengar tentang ISIS disebut sebagai IS, ISIL, atau Daesh. Semua akronim ini menggambarkan kelompok yang dimaksud.

ISIS: Negara Islam Irak dan Suriah adalah nama dari kelompok ketika ditangkap di Mosul pada tahun 2014 yang sekarang  menjadi organisasi teroris yang sangat besar. Tujuan mereka menamakan diri mereka ISIS adalah untuk menegaskan dominasi mereka di Suriah (lebih pada nanti).

ISIL: Negara Islam Irak dan Levant (alias Suriah Raya) adalah nama yang digunakan Obama untuk menyebut kelompok ini (hanya Obama dan beberapa orang yang menggunakannya). Itu hanya hal penerjemahan saja.

IS: Negara Islam adalah nama lain dari ISIS setelah upaya "rebranding" mereka ketika ingin memainkan strategi global mereka (tidak terbatas pada Suriah dan Irak lagi).

Daesh: Anda mungkin pernah mendengar Presiden Perancis, Francois Hollande menyebut kelompok dengan nama ini. Ini pada dasarnya adalah akronim ISIS dalam bahasa Arab.


Dari mana mereka berasal?




ISIS lahir dari invasi AS ke Irak pada tahun 2003. Ketika administrator AS, di bawah pimpinan Paul Bremer, memutuskan untuk "de-Baathify" layanan sipil dan militer Irak, ratusan ribu Sunni Irak yang sebelumnya setia kepada Saddam Hussein dibiarkan tanpa pekerjaan - dan mereka marah. Al Qaeda memanfaatkan kemarahan mereka dengan mendirikan Al Qaeda di Irak (AQI) sebagai wadah perlawanan mereka terhadap pasukan AS di Irak (Saddam adalah seorang sekuler, tetapi kecerdasannya dan dukung dari militer telah membuat dia menjadi akrab dengan jihadis dari al Qaeda).

Selama masa itu mereka cukup aktif dalam melancarkan perang sektarian terhadap milisi Syiah yang didukung Iran di Irak tengah dan membom hotel di Yordania. Banyak dari anggota mereka yang dipenjarakan di AS-run "Camp Bucca," di mana mereka justru bisa meradikalisasi tahanan lainnya.

Dengan cepat menyebar ke AS "gelombang" di tahun 2007: AS-instal, pemerintah Syiah di Baghdad mulai menjangkau etnis Sunni, memaksa mereka untuk menolak AQI. Pada titik ini, AQI pada dasarnya telah berhasil dikalahkan dan itu tampak seperti perdamaian datang ke Timur Tengah (hampir).

Diikuti gelombang Arab Spring dan pemberontakan terhadap pemerintahan Suriah, diktator Bashar al-Assad. Selama Perang di Irak, AQI sering bolak-balik antara Suriah dan Irak untuk memasok, sehingga mereka memiliki banyak kontak di negara ini. Ketika Assad mulai menembak dan menggunakan gas beracun kepada rakyatnya sendiri, pemberontakan yang tadinya damai berubah menjadi perang saudara, AQI melihat hal ini sebagai sebuah kesempatan untuk membangun kehadiran mereka di sana.

Dengan cepat mereka beralih ke Suriah dan mengganti nama mereka menjadi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan bergabung dengan rekan Suriahnya. Hal ini membuat marah al Qaeda, karena mereka sudah mendirikan organisasi yang terpisah dari al Qaeda di Suriah (alias al-Nusra) dan ingin tetap terpisah. Kedua kelompok ini saling berperang di antara mereka sendiri dan secara resmi berpisah dengan AQI atau yang sekarang lebih kita kenal sebagai ISIS.

Penting untuk dicatat bahwa pertikaian ini antara kedua kelompok ini bersipat global dan mengkhawatirkan. Pertempuran intra-jihad dilancarkan di medan perang Suriah, Irak, Somalia, dan laut Afrika, serta di forum-forum jihad di duniamaya.

Perang sipil yang terjadi di tanah Suriah, ISIS menjadi kelompok pemberontak pertama yang berhasil menguasai kota-kota besar (Raqqa dan Deir ez-Zor). Pada musim panas 2014 dalam sebuah serangan kilat, mereka berhasil merebut Mosul di Irak dan terus maju ke selatan sampai di perbatasan Baghdad. Beberapa minggu mereka memproklamirkan sebagai sebuah kekhalifahan dan menuntut semua Muslim di seluruh dunia untuk berbai'at. Pada titik ini, kelompok-kelompok radikal seperti Boko Haram di Nigeria dan Ansar Beit Al Maqdis di Sinai Mesir menyatakan kesetiaan mereka dan mengibarkan bendera hitam ISIS. Mereka juga mengukuhkan kehadiran mereka di setengah lusin negara lain.

ISIS berkembang karena strategi media sosial yang agresif dan strategi video viral yang mana hal itu membuat mereka berhubungan langsung dengan simpatisannya dan membenarkan kekerasan. Mereka memenggal banyak korban mereka, termasuk wartawan AS James Foley. Merkea sering memfilmkan eksekusi korbannya dengan cara ditenggelamkan, dirbakar hidup-hidup, dan ditembak. Ketika merebut kota Sinjar di Irak utara, mereka melegalkan perbudakan dan pemerkosaan terhadap minoritas Yazidi. Singkatnya, itu sebuah teror biadab yang sengaja mereka buat.

Bagaimana ISIS tumbuh menjadi begitu kuat?




Ada sejumlah hal yang dapat menjelaskan dari mana asal  kekuatannya mereka.

Perasaan kecewa dan marah (pencabutan hak): Masyarakat sunni di Irak dan Suriah merasa diasingkan oleh orang-orang syiah dan pemerintah yang dipimpin Alawit. ISIS memainkan perasaan ini, mendorong maju korban dan memberikan masyarakat ini sarana untuk merasa di kontrol melalui sistem kekerasan. Mereka juga menanamkan tafsiran Islam yang salah kepada kalangan pemuda yang kehilangan haknya di daerah.
bedfellows mungkin: ISIS berkoalisi dengan letnan rezim sekuler Saddam Hussein (yang digunakan untuk membenci jihadis) untuk menyempurnakan alat mereka dari penindasan seperti yang Sadam Hussein yang gunakan.
kekacauan Suriah: Ada sedikit keraguan bahwa sebagai sekutu AS (Arab Saudi, Qatar, dan Turki) banyak uang dan senjata yang mereka pasok ke perang Suriah yang justu berakhir di tangan ISIS (dan kelompok-kelompok jihad lainnya).
kekacauan Irak: Setelah penarikan pasukan AS dari Irak, tentara Irak berhenti berkembang,  sangat korup dan di tambah kurangnya persiapan untuk menghadapi ISIS. Banyak persenjataan yang akhirnya jatuh ke tangan ISIS.
Pemerasan: Sebelum ISIS secara resmi dikendalikan dari Mosul, mereka menjalankan bisnis pemerasan (mirip dengan yang dilakukan oleh mafia) di di wilayah pemerintahan Irak. Kalangan bisnis dan individu diharuskan membayar uang "biaya perlindungan" untuk tetap aman.
Perpajakan dan eksploitasi: Properti milik kelompok minoritas agama atau simpatisan rezim segera disesuaikan (gereja, emas, mata uang dll), dan sekali ISIS menguasai suatu wilayah maka orang-orang di daerah tersebut mulai membayaar pajak seperti yang diterapkan negara-negara lainnya.
Menjual minyak: Ini Timur Tengah, dimana minyak selalu ikut terlibat. Meskipun secara teknis menutup diri dari pasar internasional, ISIS tetap masih bisa menemukan pasar untuk minyak mereka (biasanya di negara tetangga seperti Turki yang pemerintahannya bersimpati kepada banyak jihadis di Suriah).

Jadi bagaimana sekarang?



Sedikitnya ada selusin negara (beberapa di antaranya saling membenci) berjuang melawan ISIS. Semua (kecuali Iran, Suriah, dan Irak) melakukan pemboman terhadap mereka dari udara. AS telah mengirim ratusan "penasihat" militer untuk melawan mereka.

Meskipun telah melancarkan kampanye perang selama setahun lebih terhadap ISIS, kelompok ini masih menguasai banyak wilayah bahkan merebut wilayah baru seperti Palmyra di Suriah, dan hal itu menunjukkan bahwa mereka bisa menyerang sampai ke jantung dunia Barat.

Pasca teror Paris, keinginan akan keterlibatan pasukan darat untuk melawan ISIS menjadi semakin kuat. Namun pemerintahan Obama tetap enggan, dan bersikeras bahwa strategi yang dijalankannya telah sukses membuat ISIS lebih lemah daripada sebelumnya. Presiden Suriah Bashar al-Assad merasa lebih berani setelah Rusia dan Iran mendukungnya, dan menganggap Barat akan semakin sulit dan tidak mungkin untuk menggulingkannya jika alternatifnya justru ISIS.

Perang sipil Suriah sudah berlangsung bertahun-tahun dan eksodus pengungsi terlihat tidak akan segera berakhir. Pemerintahan Barat mencoba untuk bergulat dengan ancaman teror ISIS yang mencapai dunia Barat, mereka juga mendapatkan tekanan karena dianggap menutup pintu masuk para pengungsi (yang juga melarikan diri ISIS). Dengan mengganggap dan menggunakan pengungsi sebagai kambing hitam, mengasingkan mereka dan mengabaikan mereka justru rentan terhadap campur tangan ekstremis yang justru akan melahirkan kekerasan jihad lainnya.